Kuliner : Mangut Lele Mbah Marto Nggeneng

- Selasa, September 05, 2017

Kuliner : Mangut Lele Mbah Marto Nggeneng

 

Dalam dunia masakan, Jogja mampu dikatakan menjdai gudangnya masakan ala pedesaan. Selain rasanya yng khas masakan desa, tatacara memasaknya masih Amat tradisional serta pula tempatnya yng kebanykan jauh dari pusat kota. Misalnya saja Mangut Lele Mbah Marto Nggeneng, bagi para pecinta masakan, rasanya nama itu telah tak asing lagi di pendengaran. Lokasinya berada di Dusun Nengahan, Ngiring-Ngiring, Panggungharjo, Sewon, Bantul. Dilihat dari tingkatan daerah yng berposisi menjdai Dusun, mampu dipastikan bahwasanya lokasinya berada jauh dari pusat kota serta masuk ke dalam pedesaan.Bagi atau bisa juga dikatakan untuk aksesnya sendiri tak terlalu susah, dari pusat Kota Jogjakarta ambil saja arah ke selatan menuju Jalan Parangtritis KM 6,5. Ataupun hingga melewati kampus ISI serta bertemu yang dengannya Kantor Pos Sewon, tepat di depan kantor pos belok ke kanan masuk ke dalam sampai-sampai bertemu yang dengannya pertigaan pertama belok ke kanan. Sekitar 300 meter dari belokan yang telah di sebutkan ada sebuah gang kecil masuk ke kiri (sebelum rumah pertama yng menghadap ke jalan, kiri jalan). Umumnya kendaraan roda empat telah mulai diparkir dari pertigaan sesudah belok di depan kantor pos. Kebanykan kendaraan roda empat yng parkir berplat nomer luar kota, apalagi pada era musim liburan.Letak rumahnya nomor tiga dari timur (deretan rumah yng belakang), kalau dilihat sekilas tak tampak semisal sebuah warung makan. Kalau takut salah alamat, mampu tanya pada siapa pun yng ada di daerah situ. Serta walaupun diperhatikan yang dengannya benar, tetap saja ini sebuah rumah yng ada di pedesaan pada umunya. Waktu hingga kita langsung masuk ke dalam pawon (sebutan dapur tradisional dalam bahasa Jawa). Dindingnya terbuat dari tumpukan batu bata merah tanpa dilapisi semen, memperlihatkan tumpukan batu batanya yang dengannya terperinci, walaupun sebagian besar warna-nya telah berganti menjadi hitam akibat kepulan asap yng berasal dari tungku sehari-hari. Panci-panci besar berisi lauk pauk berjejer di atas dipan bambu. Ada gudeg, opor ayam, sayur daun pepaya, garang asam, krecek, mangut lele serta tahu, tempe, telur serta ampela yng dimasak menjadi satu.Di sini kita tak akan bertemu yang dengannya pelayan ataupun pegawai yng akan melayani kita, semisal yng biasa kita jumpai pada warung ataupun rumah makan pada biasanya. Seluruh di lakukan sendiri, kita bebas mengambil nasi serta sayur sepuasnya. Sedangkan bagi atau bisa juga dikatakan untuk menikmati makanannya, mampu di dalam rumah, teras samping, teras depan ataupun di dalam pawon, tinggal dipilih saja. Kalau pun ingin menambah lauk, kita pula mampu mengambilnya sendiri. Bagi atau bisa juga dikatakan untuk minumannya ada teh Anget ataupun teh panas, mampu mengambil sendiri ataupun meminta diantarkan.Waktu itu Saya mengambil mangut lele, krecek serta sayur daun pepaya yang dengannya tidak banyak kuah krecek. Rasanya mangut lelenya memanglah berbeda yang dengannya yng biasa dijumpai di warung ataupun rumah makan pada biasanya. Daging lelenya keset, pedas serta khas masakan tungku. Pasalnya, lele berlebi dahulu ditusuk yang dengannya pelepah daun kelapa lantas di panggang di atas tungku yang dengannya mempergunakan kayu bakar hingga matang baru lantas dimasak bersama bumbunya. Tips memasaknya yng mempergunakan kayu bakar ini dia yng memberikan aroma serta rasa “asap” yng khas pada lelenya. Walaupun mempergunakan kuah santan, namun kuahnya cair berwarna merah terang, menandakan bahwasanya cabai yng dipakai banyak sekali. Kreceknya sendiri cukup lembut serta tak sepedas mangut lelenya, bagi atau bisa juga dikatakan untuk sayur daun pepayanya pula enak serta tak pahit.
Sesudah selesai menikmati makanannya, baru lantas kita lapor ke pada Mbah Marto ataupun anaknya bagi atau bisa juga dikatakan untuk menyelesaikan pembayaran. Bagi atau bisa juga dikatakan untuk menu yng saya pilih di artikel ini cukup diganti yang dengannya kocek sebesar 12ribu rupiah saja, all u can eat bagi atau bisa juga dikatakan untuk nasi serta sayurnya. Kita mampu menikmati makanan di rumah Mbah Marto mulai dari jam 11 siang hingga jam 4 sore sehari-hari.
Sumber : http://wisatakuliner.com/masakan/tempat-makan/item/mangut-lele-mbah-marto-nggeneng.html?category_id=57

Source Article and Picture : www.kulinerwisata.com

Seputar Kuliner : Mangut Lele Mbah Marto Nggeneng

Advertisement
 

Cari Artikel Selain Kuliner : Mangut Lele Mbah Marto Nggeneng