Wisata : Pantai Ngobaran

- Rabu, Juni 14, 2017

Wisata : Pantai Ngobaran

 
Datang ke Pantai Ngrenehan serta menikmati ikan bakarnya belum lengkap kalau tidak mampir di pantai sebelahnya, Ngobaran. Letak pantai yng bertebing tinggi ini cuma tidak lebih lebih dua kilometer dari Pantai Ngrenehan. Tidak jauh bukan? Penduduk Pantai Ngrenehan saja Suka membicarakan serta mampir ke Pantai Ngobaran, kenapa kamu tak?
Ngobaran adalah pantai yng cukup eksotik. Kalau air surut, kamu mampu melihat hamparan alga (rumput laut) baik yng berwarna hijau ataupun coklat. Andai dilihat dari atas, hamparan alga yng tumbuh di sela-sela karang tampak semisal sawah di wilayah padat penduduk. Puluhan jenis binatang laut pula terdapat di sela-sela karang, mulai dari landak laut, bintang laut, sampai-sampai golongan kerang-kerangan.
Namun yng tidak terdapat di pantai lain merupakan pesona budayanya, mulai dari bangunan sampai-sampai makanan penduduk setempat. Satu diantaranya yng menarik merupakan adanya tempat ibadah bagi atau bisa juga dikatakan untuk empat agama ataupun kepercayaan berdiri berdekatan. Apakah itu bentuk multikulturalisme? Siapa tahu.
Bangunan yng paling terperinci terlihat merupakan tempat ibadah semacam pura yang dengannya patung-patung dewa berwarna putih. Tempat peribadatan itu didirikan tahun 2003 bagi atau bisa juga dikatakan untuk memperingati kehadiran Brawijaya V, satu dari sekian banyaknya keturunan raja Majapahit, di Ngobaran. Orang yng beribadah di tempat ini merupakan penganut kepercayaan Kejawan (bukan Kejawen lho). Nama "Kejawan" pendapat dari cerita berasal dari nama satu dari sekian banyaknya putra Brawijaya V, yakni Bondhan Kejawan. Pembangun tempat peribadatan ini mengaku menjdai keturunan Brawijaya V serta menunjuk satu dari sekian banyaknya warga bagi atau bisa juga dikatakan untuk melindungi tempat ini.
Berjalan ke arah kiri dari tempat peribadatan yang telah di sebutkan, Kamu akan menemui sebuah Joglo yng dipakai bagi atau bisa juga dikatakan untuk tempat peribadatan pengikut Kejawen. Era YogYES berkunjung ke tempat ini, beberapa pengikut Kejawen sedang melakukan sembahyangan. Pendapat dari penduduk setempat, kepercayaan Kejawen berbeda yang dengannya Kejawan. Akan tetapi orang-orang sendiri tidak begitu bisa atau mampu menjelaskan perbedaannya.
Bila terus menyusuri jalan setapak yng ada di depan Joglo, kamu akan menemukan sebuah kotak batu yng ditumbuhi tanaman kering. Tanaman yang telah di sebutkan dipagari yang dengannya kayu berwarna abu-abu. Titik dimana ranting kering ini tumbuh konon adalah tempat Brawijaya V berpura-pura membakar diri. Langkah itu ditempuhnya lantaran Brawijaya V tak mau berperang melawan anaknya sendiri, Raden Patah (Raja I Demak).
Kebenaran cerita wacana Brawijaya V ini kini tidak sedikit diragukan oleh tidak sedikit sejarahwan. Sebabnya, andai memanglah Raden Patah menyerang Brawijaya V maka akan memberikan kesan seolah-olah Islam disebarkan yang dengannya tips kekerasan. Tidak sedikit sejarahwan beranggapan bahwasanya bukti sejarah yng ada tidak cukup kuat bagi atau bisa juga dikatakan untuk menyatakan bahwasanya Raden Patah melakukan penyerangan. Selengkapnya bagaimana, mungkin Kamu mampu mencari sendiri.
Beberapa meter dari kotak tempat ranting kering tumbuh terdapat pura bagi atau bisa juga dikatakan untuk tempat peribadatan umat Hindu. Tidak terperinci kapan berdirinya pura yang telah di sebutkan.
Di bagian depan tempat ranting tumbuh terdapat sebuah masjid berukuran tidak lebih lebih 3x4 meter. Bangunan masjid cukup simpel lantaran lantainya pun berupa pasir. Seolah menyatu yang dengannya pantainya. Uniknya, andai kebanykan masjid di Indonesia menghadap ke Barat, masjid ini menghadap ke selatan. Bagian depan tempat imam memimpin sholat terbuka menjadikan langsung bisa melihat lautan. Disaat YOGYES menanyakan pada penduduk setempat, tidak tidak sedikit yng tahu wacana alasannya. Malah, penduduk setempat sendiri heran lantaran yng membangun pun satu dari sekian banyaknya Kyai terkenal pengikut Nahdatul Ulama yng tinggal di Panggang, Gunung Kidul. Menjdai petunjuk bagi yng akan sholat, penduduk setempat memberikan ciri di tembok yang dengannya pensil merah wacana arah kiblat yng sebetulnya.
Sesudah puas terheran-heran yang dengannya situs peribadatannya, Kamu mampu berjalan turun ke pantai. Kalau datang pagi, maka pengunjung akan menjumpai masyarakat pantai tengah memanen rumput laut bagi atau bisa juga dikatakan untuk dijual kepada tengkulak. Orang-orang umumnya menjual rumput laut yang dengannya harga Rp 1.000 sampai-sampai Rp 1.500 per kilo. Hasil nya lumayan bagi atau bisa juga dikatakan untuk mencukupi kebutuhan hidup orang-orang.
Akan tetapi, kalau datang sore, umumnya Kamu akan menjumpai warga tengah mencari landak laut bagi atau bisa juga dikatakan untuk dijadikan makanan malam harinya. Bagi atau bisa juga dikatakan untuk mampu dimakan, landak laut dikepras dulu durinya sampai-sampai rata serta lantas dipecah mempergunakan sabit. Daging yng ada di bagian dalam landak laut kemudioan dicongkel. Umumnya warga mencari landak cuma berbekal ember, saringan kelapa, sabit, serta topi kepala bagi atau bisa juga dikatakan untuk menghindari panas.
Landak laut yng didapat umumnya diberi bumbu berupa garam serta cabe lantas digoreng. Pendapat dari penduduk, daging landak laut cukup kenyal serta lezat. Di sayangkan, tidak tidak sedikit penduduk yng menjual makanan yng eksotik itu. Namun kalau mau memesan, coba saja meminta pada satu dari sekian banyaknya penduduk bagi atau bisa juga dikatakan untuk memasakkan. Siapa tahu, kamu pula mampu membagikan ide wacana bagaimana memasak landak laut menjadikan warga pantai Ngobaran mampu memakai pengetahuan itu bagi atau bisa juga dikatakan untuk berbisnis menaikan taraf kehidupannya.
Lengkap bukan? Dari keindahan pantai, pesona tempat peribadatan sampai-sampai hidangan yng menarik hati. Mungkin tidak ada di tempat lain.
Sumber : http://www.yogyes.com/id/yogyakarta-tourism-object/beach/ngobaran/

Source Article and Picture : www.kulinerwisata.com

Seputar Wisata : Pantai Ngobaran

Advertisement
 

Cari Artikel Selain Wisata : Pantai Ngobaran