Wisata : Wedi Ombo

- Selasa, Februari 14, 2017

Wisata : Wedi Ombo

 
Sebuah imajinasi perihal pasir putih maha luas yng memungkinkan mata bagi atau bisa juga dikatakan untuk leluasa meneropong ke aneka macam sudut mungkin akan muncul bila mendengar pantai bernama Wediombo (wedi=pasir, ombo=lebar). Akan tetapi, sebetulnya pantai Wediombo tidak memiliki hamparan pasir yng luas itu. Bagian barat serta timur pantai diapit oleh bukit karang, membuat hamparan pasir pantai ini tidak seluas Parangtritis, Glagah, ataupun mungkin Kuta.
Penduduk setempat memanglah mengungkapkan bahwasanya nama pantai ini yng diberikan oleh nenek moyang tidak sesuai yang dengannya keadaannya. Ada yng mengungkapkan, pantai ini lebih pantas menyandang nama Teluk Ombo, karena keadaan pantai memanglah menyerupai teluk yng lebar. Terdapat batu karang yng mengapit, air lautnya menjorok ke daratan, akan tetapi mempunyai luas yng lebih lebar dibanding teluk biasa.
Namun, di luar soal nama yng tidak lebih tepat itu, Wediombo tetap menyuguhkan pemandangan pantai yng luar biasa. Air lautnya masih biru, tidak semisal pantai wisata lain-lainnya yng sudah tercemar sampai-sampai airnya berwarna hijau. Pasir putihnya masih Amat terjaga, dihiasi cangkang-cangkang yng ditinggalkan kerangnya. Suasana pantai pula Amat tenang, jauh dari riuh wisatawan yng berjemur ataupun lalu lalang kendaraan. Tempat yng tepat bagi atau bisa juga dikatakan untuk melepas jenuh.
Wediombo terdapat atau terletak di Desa Jepitu, Kecamatan Girisubo, Kabupaten Gunung Kidul. Pantai ini Amat gampang dijangkau bila sebelumnya sudah datang ke Pantai Siung. Cukup kembali ke pertigaan di Tepus sebelum menuju ke Siung, lantas belok kanan mengikuti alur jalan sampai-sampai menemukan papan petunjuk belok ke kanan bagi atau bisa juga dikatakan untuk menuju Wediombo.
Letak pantai ini jauh lebih ke bawah dibanding daratan sekitarnya. Beberapa puluh anak tangga mesti dituruni dulu sebelum bisa menjangkau pantai serta menikmati keelokan panoramanya. Sambil turun, di kanan kiri bisa dilihat beberapa ladang penduduk setempat, rumah-rumah tinggal serta vegetasi mangrove yng masih tersisa. Lalu lalang penduduk yng membawa rerumputan ataupun merawat ternak di sangkar pula mampu dijumpai.
Selain panorama pantai yng mengagumkan, Wediombo pula menunjukkan pengalaman wisata unik, malah ekstrim, yakni memancing di ketinggian bukit karang. Era ini jenis wisata yng berawal dari kebiasaan memancing penduduk setempat ini tengah digemari oleh pehobi dari kota Yogyakarta serta Wonogiri. Pendapat dari penuturan penduduk setempat pada YogYES, memperoleh ikan ukuran besar merupakan tujuan para pehobi itu.
Bukan hal gampang bagi atau bisa juga dikatakan untuk memancing di bukit karang, karena letaknya yng jauh dari pantai. Bukit karang itu baru mampu dijangkau sesudah berjalan ke arah timur menyusuri bibir pantai, naik turun karang di tepian pantai yng terjal, licin serta kadang dihempas ombak besar, lantas naik lagi sampai-sampai puncak bukit karang yng langsung berhadapan yang dengannya laut lepas yng dalam. Bagi yng sudah terbiasa saja, perjalanan menuju bukit karang mampu memakan waktu satu jam.
Akan tetapi, hasil yng luar biasa mampu dituai sesudah mengalahkan segala rintangan itu. Penduduk setempat mengungkapkan, ikan-ikan berukuran besar Suka didapat oleh para turis lokal. Minimal, pemancing akan memperoleh ikan cucut, ataupun ikan panjo dalam istilah setempat. Ikan yng panjangnya setara yang dengannya lengan kita-kita dewasa ini punya 2 jenis, yng berbentuk gilig (silinder) tidak sedikit ditemui pada musim kemarau, sementara yng gepeng (pipih) ditemui pada musim hujan.
Bagi atau bisa juga dikatakan untuk memancing, modalnya cuma umpan berupa ikan teri yng malah mampu didapatkan di tepian pantai. Tinggal mempergunakan pancing ataupun merentangkan jaring kecil, maka umpan mampu didapat. Murah serta gampang, bukan?
Bagi yng tidak cukup punya nyali bagi atau bisa juga dikatakan untuk menuju bukit karang, membeli ikan hasil pancingan mungkin merupakan cukup memuaskan. Beberapa pemancing menjual ikan panjo hasil tangkapannya cuma seharga Rp 3.000,00 per ekor, ataupun kadang dijual per ikat berisi 5 - 6 ekor ikan seharga Rp 20.000. Beberapa warga menunjukkan jasa memasak ikan bila ingin mencicipinya segera. Bila tak, ikan mampu dibawa pulang mentah-mentah, namun tentu cukup merepotkan.
Paket masakan ikan panjo goreng pula tersedia. Nasi, seekor ikan panjo goreng yng sudah diiris kecil beserta sambal mentah dijual Amat murah, cuma Rp 7.000,00. Nasinya dihidangkan dalam bakul kecil, sementara sambalnya dalam cobek. Porsinya cukup tidak sedikit, malah bagi atau bisa juga dikatakan untuk 2 orang. YogYES pernah sempet berupaya masakan ini di warung yng berlokasi beberapa meter di atas tempat parkir. Ada pula landak laut goreng yng rasanya mirip daging ayam.
Pada saat-saat tertentu, kamu mampu melihat upacara Ngalangi yng digelar oleh penduduk setempat. Upacara ini digelar sekali setahun, mirip upacara labuhan besar, tujuannya merupakan mengungkapkan syukur pada Tuhan atas anugerah yng diberikan serta memohon rejeki lebih bagi atau bisa juga dikatakan untuk masa mendatang. Anugerah yng dimaksud lebih-lebih merupakan hasil tangkapan ikan yng jumlahnya lumayan, sampai-sampai mampu mencukupi kebutuhan.
Prosesi upacaranya cukup unik, dimulai yang dengannya acara merentangkan gawar ataupun jaring yng dibuat dari pohon wawar. Jenis jaring ini konon dipakai bagi atau bisa juga dikatakan untuk menangkap ikan sebelum adanya jaring dari senar yng dipakai saat ini. Gawar direntangkan dari bukit Kedongkowok sampai-sampai wilayah pasang surut pantai. Perentangan di lakukan era air pasang, tujuannya merupakan menjebak ikan yng terbawa ombak menjadikan tidak bisa kembali ke lautan.
Sesudah air surut, ikan-ikan diambil. Warga lantas sibuk membersihkan serta memasak ikan tangkapan. Sebagian kecil ikan dilabuh lagi ke lautan bersama nasi serta sesaji. Sebagian besar lain-lainnya dibagi sesuai yang dengannya jumlah keluarga penduduk setempat serta diantar ke rumah-rumah warga. Acara mengantar ikan ke rumah- rumah warga ini Suka disebut kendurian besar, wujud kearifan lokal bahwasanya seluruh ikan merupakan rejeki bersama.
Kecuali upacara Ngalangi, seluruh pesona pantai mampu dinikmati setiap harinya. Retribusi masuk pantai cuma Rp 5.000,00 bagi atau bisa juga dikatakan untuk dua orang plus parkir kendaraan. Bila ingin bermalam ataupun menggelar sebuah acara yng dihadiri sekelompok kecil orang, terdapat sebuah gubug yng terdapat atau terletak tidak jauh dari warung-warung yng berjejer di pantai. Amat mengasyikkan serta bisa atau mampu menebus rasa lelah disaat menuju ke pantai ini.
Sumber : http://www.yogyes.com/id/yogyakarta-tourism-object/beach/wediombo/

Source Article and Picture : www.kulinerwisata.com

Seputar Wisata : Wedi Ombo

Advertisement
 

Cari Artikel Selain Wisata : Wedi Ombo