Over Protective Orang Tua Anak Tunggal di Bangku Sekolah

- Minggu, April 16, 2017

Over Protective Orang Tua Anak Tunggal di Bangku Sekolah

 
Wah postingan kami perihal anak tunggal bulan mei mundur, maaf ya teman-teman. PR serta kegiatan kami bikin gak pernah sempet bagi atau bisa juga dikatakan untuk posting, namun kami tetep konsisten lho bagi atau bisa juga dikatakan untuk semangat nulis walau sambil menangis darah hahaha.
Tema di artikel ini merupakan kisah Masa Sekolah Rian. Sekolah apalagi era SD itu semisal biasa anak-anak pada biasanya, sekolah dipilihkan orang tua yang dengannya banyak sekali pertimbangan yng terperinci sesuai yang dengannya anaknya. Namun dalam keseharian saya cukup berbeda yang dengannya teman-teman, Bapak yng mempunyai latar belakang seorang guru menambah proses ini berbeda. Jarak rumah ke sekolah cuma 10 menit mempergunakan motor, namun dari saya TK wajib berangkat pukul 06.00 dari rumah. Waktu itu tetep dijalani donk walau muka cemberut (gak tiap era sich), tidur malam ataupun capek tetep gak ngaruh jam 6 pagi telah cuzz dari rumah.
Bapak serta mama sosok yng santai, saking santainya Suka orang-orang mengantar aku sekolah cuma mempergunakan celana pendek ditutup jaket. Mama tak semisal mama kebanykan yng memilih di sekolah ngrumpi, mama lebih milih langsung pulang serta melangsanakan kegiatan keluarga. Balik ke sekolah, dari SD pola belajar saya pun variasi lantaran saya yng setting sendiri malah era SD saya lebih tidak sedikit belajar sendiri. Kesulitan era belajar pun Suka dihadapi, namun tanya orang tua jalannya orang-orang tetap care yang dengannya pertanyaan saya. Kadang saya iri yang dengannya teman-teman yng orang-orang dibantu oleh orang tuanya mengerjakan PR apalagi yng bagi saya susah yakni prakarya (efek gak punya rasa seni), namun tetap saja bapak mama cuma menemani serta melihat kalau susah sekali baru membantu.
Kegiatan keluar sekolah pun Amat ketat era SD, seluruh Perlu pasti serta yakin lantaran saya anak tunggal kayaknya (disini GR). Namun era semisal ini membuat kadang saya BT, ngrasa orang-orang over yang dengannya saya. Saya yng senang bersosialisasi, main serta pergi-pergi dari kecil terasa terkekang yang dengannya segala syarat lantaran ornag tua intinya belum dapat dipastikan. Kegiatan yng memanglah telah diberikan oleh sekolah pasti di dukung sich.
SMP menjelang, disini saya mlai boleh memilih sekolah mana yng saya mau. AKhirnya pilihan tertuju di SMP Immaculata Gondomanan, disini era pagi tetap donk berangkat jam 06.00 dair rumah. Namun era pulang sekolah biasa tak ekskul saya Perlu naik bis, namun ada catatan kalau hujan boleh lah dijemput. Kantor bapak kebetulan dekat yang dengannya sekolah (10 menit), jadi saya kalau malas naik bis telp meminta jemput yang dengannya 1001 alasan (hihi). SMP pun saya tetap senang yang dengannya aneka kegiatan luar rumah, ekskul pramuka utama. Di SMP saya hingga mampu jadi Dewan Pembina, jadi semisal adik-adik namun tetep aja bapak ada kemana-mana. Menjdai Pembina saya Suka melakukan tidak sedikit aktivitas di luar sekolah, kadang Bapak bertanya siapa yng berwenang dll. Ini membuat saya risih, tidak cuma itu era telah boleh berangkat kemah orang-orang kadang datang. Bapak datang alasan tak mau menemui saya yang dengannya bawa makanan bagi atau bisa juga dikatakan untuk dewan ranting, namun tetep ya disitu cari-cari saya dari jauh aman gak dll. Sebel banget namun pula gokil hahaha.
SMA saya lebih longgar lantaran telah dianggap "agak" dewasa (agak lho ya). Di SMA saya 2 th menjadi Pengurus OSIS, disini saya lebih belajar lagi mengenai kepribadian dewasa. Eh namun tetep ya jam 06.00 saya telah cabut dari rumah, bedanya SMA saya langsung naik motor sendiri (amanlah). Saya Perlu benar-benar pintar memilih serta melindungi jadwal saya agar bisa tak terpengaruh yang dengannya nilai di sekolah. Pengalaman SMA mengesan era saya menjadi Pengurus OSIS, kami Perlu selama 3 hari di AU Adisutjipto bagi atau bisa juga dikatakan untuk bertemu taruna disana. Disana sebenarnya tidak cuma AU ada pula Akmil, AL serta Akpol, acara ini merupakan acara tahunan. Malam keakraban pun kami sebelumnya diajarkan tatacara duduk, berjalan halahh ala pejabat lah. Ini Amat susah lantaran anda sekalian taulah saya bukan wanita yng 100% feminim. Malam keakraban pun tiba, seluruh wanita wajib mempergunakan rok serta high heels (wah berat oy). Di tambah malam itu kami masing-masing Perlu berdansa yang dengannya para taruna, ah seluruh dansa awur lantaran orang-orang menyadari kami tak mampu berdansa. Hayalkan Rian DANSA! OMG!
Masa sekolah sayang yng gokil ini membuat kisah hidup saya makin berwarna. Orang tua yng over protective membuat saya selalu waspada bagi atau bisa juga dikatakan untuk bertanggung jawab yang dengannya apa yng saya lakukan. Ada hal yng hingga era ini saya pegang merupakan Ontime serta tanggung jawab. Kini orang tua bahkan 100% percaya pada saya yang dengannya segala history yng ada, pulang jam 12 malam gak masalah asal sms/wa tetep lancar (mampu dihubungi).
Jadilah dirimu serta tanggung jawab atas segala hal!


Source Article and Picture : www.kulinerwisata.com

Seputar Over Protective Orang Tua Anak Tunggal di Bangku Sekolah

Advertisement
 

Cari Artikel Selain Over Protective Orang Tua Anak Tunggal di Bangku Sekolah